1. HOME
  2.  » 
  3. TAG
  4.  » 
  5. T
  6.  » 
  7. TRAVEL


  8. Reporter : Denisa    26 November 2014 13:49

    Rumah di Pucuk Pohon Raksasa di Papua, Siapa Mau Adu Nyali

    Tidak hanya ada Raja Ampat di Timur Indonesia, beragam suku di Papua banyak yang menarik untuk dijumpai.

    Feed - Raja Ampat, banyak pelancong telah mengenal keindahan bawah laut tersohor di Papua, Indonesia Timur ini. Tapi, harus diketahui keindahan Papua sejatinya berada di bawah dan di atas permukaan laut.
     
    Jalan-jalan ke Papua memang memerlukan biaya yang cukup menguras kantong, apalagi ke Raja Ampat, sangat mahal. Tidak hanya perjalanannya yang jauh menuju Papua, sesudah sampai di Papua, sebaiknya para wisatawan tidak hanya bermain di laut saja karena alam Papua menyimpan begitu banyak rahasia.
     
    Walaupun, dataran Papua dikelilingi bukit dan gunung, jika sudah sampai di Papua menjelajah kampung-kampung suku pedalaman akan menjadi perjalanan menantang bagi seorang penjelajah sejati. Tanpa dipungkiri, di sana masih terdapat saudara-saudara kita hidup yang terasingkan.
     
    Keunikan kebudayaan Papua memang terkenal sejak lama, tapi masih sedikit orang Indonesia yang mengenal suku asli negara ini,khususnya beragam suku di Papua.
     
    Tahukah anda, bahwa masih ada sebuah suku yang hidup di pohon-poho tinggi hutan Papua?
     
    Ya, mereka adalah Suku Korowai dan Suku Kombai. Suku Korowai dan Kombai dikenal sebagai arsitek hebat karena dapat membangun rumah mereka di atas pohon pada ketinggian 35-40 meter dari atas tanah.
     
    Suku Korowai perlu diketahui, merupakan satu-satunya suku yang tidak mengenakan koteka di Papua. Bagi laki-laki Suku Korawai pakaian mereka ialah kantong jakar (scrotum), lalu pada ujungnya dibalut ketat dengan sejenis daun dan hanya sebuah rok mini dari dari daun sagu untuk para wanita.
     
    Keberadaan Suku Korowai baru ditemukan sekitar 30 tahun lalu, populasi mereka hingga saat ini berkisar 3.000 orang. Bahkan, penemuan Suku Kombai baru ditemukan 10 tahun sesudah Suku Korawai. 
     
    Membangun rumah di atas pohon-pohon hutan lebat Papua, batang pohon Banyan sebagai material utama rumah dan kayu pohon sagu dipergunakan oleh mereka (Suku Korawai dan Kombai) sebagai bahan dinding, serta atap rumah mereka. 
     
    Tingginya rumah pohon kedua suku ini, mengharuskan mereka juga membuat sebuah tiang dari batang pohonyang diukir berlekuk digunakan sebagai tangga.
     
    Demi dapat menampung 10 orang dalam sebuah rumah, pondasi pun harus kuat dengan tali rami yang mereka ikatkan bagian demi bagian rumah mereka. Selanjutnya, megoleskan lemak hewani pada penyangga dan tangga rumah merupakan kegiatan mereka untuk tiap rumah yang baru selesai dibangun.
     
    Masih memiliki tradisi yang kental, bahkan mengerikan bagi masyarakat modern, Suku Korowai khususnya, sering dikunjungi oleh para peneliti dari luar negeri. Bahkan, walaupun Suku Korowai masih dikenal kanibal, berkeyakinan bahwa roh leluhur masih tinggal bersama, para peneliti tetap penasaran dengan peradaban suku asli Bangsa Indonesia satu ini.
     
    Terisolasi dari dunia luar, tidak mengenal presiden mereka, apalagi artis ternama, kehidupan suku-suku pedalaman ini tetap bersahaja. Hal itu dapat terlihat dari populasi mereka yang mencapai hingga ribuan, bukti bahwa mereka masih bisa bertahan hidup di dalam hutan.
     
    Sifat kanibal alias memakan makan daging manusia masih aktif dikalangan Suku Korawai, tetapi mereka juga senang memilihara hewan peliharaan. Anjing, contoh peliharaan mereka juga tinggal bersama di dalam rumah pohon.  
     
    Mengenai bahasa, hingga saat ini hanya bahasa suku-suku mereka yang dikenal. Pasalnya, suku-suku pedalaman ini tidak mempercayai atau curiga terhadap orang luar.
     
    Selain suku-suku pedalaman di hutan lebat Papua itu, yang biasa sudah dikenal khalayak ialah adanya Suku Dani. Suku Dani berada di Pegunungan Tengah, Papua, tepatnya di Kabupaten Jayawijaya.
     
    Sudah mengenal kehidupan luar, Suku Dani hingga saat ini tidak melepaskan tradisi-tradisi kesukuan. Hal itu terbukti dari pakaian adat yang mesih dikenakan dan upacara adat yang ada.
     
    Suku Dani pun sudah mengenal Pemilihan Umum (Pemilu) untuk memilih pemimpin daerah atau kepala negara. Walaupun, sistem noken yang mayoritas digunakan dalam pemilu oleh beberapa suku di Papua. Cara noken ditentukan oleh kebijakan Kepala Suku.
     
    Itulah sepenggal cerita mengenai keunikan,keistimewaan Indonesia Timur dari segi alam, adat, serta peradaban manusia kuno ditengah canggihnya tekhnologi dunia modern.
    WHAT DO YOU THINK?
    MUST READ STORIES